Sinyal Bunga Fed Turun Makin Kuat, Waktunya Borong Saham Bank
17 Juli 2019, 09:00:11 Dilihat: 264x

Jakarta -- Penurunan suku bunga acuan The Fed bisa dibilang hampir di depan mata. Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Jerome Powell baru-baru ini kembali memberikan sinyal terkait potensi pemangkasan suku bunga acuan pada Juli 2019.
Pelaku pasar sebaiknya tak acuh, meskipun peluang penurunan suku bunga acuan The Fed sudah dibahas sejak beberapa bulan terakhir. Terlebih, pekan ini ada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia mengenai suku bunga acuan dalam negeri.
Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan pernyataan pejabat Bank Indonesia (BI) akan mempengaruhi pergerakan saham bank. Jika BI ikut memberikan sinyal penurunan mengikuti langkah The Fed, maka harga saham bank berkapitalisasi besar akan melambung.
"Ini ditunggu pelaku pasar. BI tidak menurunkan suku bunga tapi kasih petunjuk ada penurunan suku bunga acuan dalam waktu dekat sudah cukup akan mendorong saham perbankan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat," ucap Valdy kepada CNNIndonesia.com, Senin (15/7).
Ia menyarankan pelaku pasar untuk mengoleksi saham-saham bank pelat merah, seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Ketiganya dinilai masih murah daripada saham bank lainnya.
"Price Earning Ratio (PER) nya masih murah jadi bisa dicermati. Kalau dibandingkan dengan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) valuasi sahamnya sudah lebih mahal," terang Valdy.
Informasi saja, mahal atau murahnya saham bisa dilihat dari dua cara, yaitu price earning ratio (PER) dan price book value (PBV). Valdy menyebut PER saham sektor bank saat ini sekitar 14 kali-17 kali.
Mengutip RTI Infokom, mayoritas saham bank pelat merah memiliki PER di bawah rata-rata sektor bank yang mencapai 17 kali. Bila dirinci, PER saham BNI sebesar 10,53 kali dan Bank Mandiri 13,02 kali.
Sementara, PER saham BRI terbilang cukup tinggi ketimbang dua saham sebelumnya, yakni 17,02 kali. Walaupun begitu, tetap lebih murah jika dibandingkan dengan PER saham BCA yang kini sudah menyentuh angka 30,57 kali.
Dengan demikian, pelaku pasar yang memiliki modal tak seberapa masih memiliki kesempatan untuk membeli saham BRI, Bank Mandiri, dan BNI pekan ini. Kebetulan, saham-saham itu juga bergerak terbatas pada akhir pekan lalu.
Saham BNI terpantau melemah 0,54 persen ke level Rp9.200 per saham, BRI bergerak stagnan di level Rp4.510 per saham, dan Bank Mandiri menguat tipis 0,94 persen ke level Rp8.075 per saham.
"Saham-saham bank ini ada potensi kenaikan 1 persen (pekan ini)," kata Valdy.
Sementara itu, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai pelaku pasar belum tentu akan mendapatkan cuan yang besar dalam waktu jangka pendek dari saham bank. Sebab, The Fed dan BI belum benar-benar menurunkan suku bunga acuan.
"Saham perbankan bisa untuk jangka panjang, karena kan sejauh ini Te Fed sendiri belum melakukan secara pasti pemangkasan suku bunga," tutur Nico.
Dengan kata lain, pelaku pasar yang menaruh harap terhadap saham perbankan harus lebih sabar sampai Bank Sentral AS dan Indonesia memangkas suku bunga acuan. Kalau pun ada kenaikan di saham-saham bank, secara persentase diprediksi masih kecil.
"Apabila The Fed memangkas tingkat suku bunga maka besar kemungkinan saham-saham tersebut (saham bank) akan naik," jelas Nico.
Selain saham bank, Nico menyarankan pelaku pasar mulai mengakumulasi atau membeli secara bertahap saham PT Astra International Tbk (ASII). Saham sektor otomotif itu akan terkena sentimen positif dari wacana penurunan suku bunga acuan.
"Otomotif kena dampaknya karena kan penurunan suku bunga acuan akan berpengaruh ke tingkat suku bunga kredit, seharusnya bisa ikut turun," ucap Nico.
Penurunan suku bunga acuan akan mengerek penjualan mobil dan motor Astra International. Bila sudah begitu, efeknya akan positif terhadap kinerja keuangan perusahaan tersebut.
"Namun memang ini semua baru akan terasa apabila suku bunga BI sudah benar-benar turun," jelasnya.
Seperti diketahui, penjualan mobil Astra International turun 5 persen menjadi 134 ribu unit pada kuartal I 2019. Hal ini membuat kontribusi laba bersih dari bisnis otomotif ke induk usaha menurun 10 persen dari Rp2,1 triliun menjadi Rp1,9 triliun.
Beruntung, laba bersih Astra International secara konsolidasi masih meningkat meski tipis sebesar 5 persen dari Rp4,98 triliun menjadi Rp5,21 triliun. Capaian itu sejalan dengan pendapatan perusahaan yang tumbuh 7 persen dari Rp55,82 triliun menjadi Rp59,6 triliun.
Di sisi lain, pelaku pasar juga bisa memetik keuntungan dari saham properti. Nasibnya hampir sama dengan sektor otomotif, di mana ada potensi peningkatan laba bersih jika BI menurunkan suku bunga acuan.
Valdy mengatakan pelaku pasar bisa mengambil posisi beli di saham PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).
"Orang kan sekarang masih ragu beli properti karena bunga masih tinggi, kalau bunga turun maka biaya untuk kredit properti bisa lebih murah," kata Valdy.
Jika bunga kredit turun, minat masyarakat untuk membeli aset properti kembali menggeliat. Ujung-ujungnya, keuangan emiten sektor tersebut juga akan lebih ciamik dari sebelumnya.
Potensi kenaikan kinerja keuangan inilah yang bisa dimanfaatkan pelaku pasar untuk melakukan transaksi beli pada sejumlah saham properti. Setidaknya, hal tersebutbisa menjadi sentimen positif untuk pekan ini.
Namun, dari segi kinerja keuangan, Valdy menyebut dampaknya baru akan terasa tahun depan. Sebab, perbankan juga perlu waktu untuk menyesuaikan bunga kredit dengan perubahan kebijakan moneter BI.
"Lalu juga belum semua proyek properti sudah rampung, jadi perusahaan properti juga harus ikut menyesuaikan. Bisa saja penurunan suku bunga membuat perusahaan banyak mengeluarkan produk baru," papar dia.
Informasi saja, saham emiten properti mayoritas bergerak di zona merah pada Jumat (12/7) kemarin. Saham Agung Podomoro Land terkoreksi 3,17 persen ke level Rp244 per saham dan Summarecon Agung 4,14 persen ke level Rp1.275 per saham.
Sementara itu, saham Ciputra Development lebih beruntung karena mampu menguat walau tipis sebesar 0,42 persen ke level Rp1.190 per saham. Valdy pun meramalkan saham-saham tersebut bisa meningkat minimal 1 persen pekan ini.
Sumber : cnnindonesia.com
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.