Kepastian Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Diumumkan 2020
11 April 2019, 09:00:00 Dilihat: 279x
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Kerjasama Internasional Jepang (Japan International Cooperation Agency/JICA) selaku pihak yang menyusun studi kelayakan (feasibility studies/FS) pembangunan Kereta Semi Cepat Jakarta-Surabaya mengungkapkan kepastian rencana pembangunan proyek tersebut paling cepat bisa diumumkan pada Juni atau Desember 2020.
Kepala Perwakilan Kantor JICA Indonesia Shinichi Yamanaka mengatakan hal ini terjadi lantaran tahap FS baru dimulai pada Juni 2019. Sementara tahap FS proyek sepanjang 720 kilometer ini membutuhkan waktu paling cepat sekitar satu sampai satu setengah tahun.
"FS baru akan dimulai Juni tahun ini. Kira-kira satu sampai satu setengah tahun (selesai). Nanti baru akan dipertimbangkan setelah keluar hasil FS-nya," ujarnya usai menghadiri rapat persiapan kerangka implementasi tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) antara JICA dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Kamis (4/4).
Setelah tahap FS selesai dan proyek dinyatakan layak untuk diteruskan, maka JICA akan membuat desain perencanaan rinci untuk diberikan kepada pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Kemudian, proyek akan dilanjutkan dengan proses pemilihan tender kontraktor dan konsultan lalu diteruskan ke tahap konstruksi.
Sementara dari pemerintah, pembangunan proyek tahap satu yang menghubungkan lintasan Jakarta-Surabaya inginnya bisa dilakukan mulai 2021 sehingga bisa selesai pada 2028 mendatang. Selanjutnya, pembangunan diteruskan untuk tahap kedua dengan lintasan Surabaya-Banyuwangi pada 2028-2030 dan tahap ketiga lintasan Jakarta-Merak pada 2028-2030.
Dalam perencanaannya, Kereta Semi Cepat Jakarta-Surabaya ditargetkan bisa melaju dengan kecepatan rata-rata 145 kilometer per jam. Dengan kecepatan tersebut diharapkan jarak tempuh antar kedua kota besar itu bisa ditempuh hanya dalam waktu 5 jam 30 menit.
Di sisi lain, terkait nilai anggaran, JICA juga belum bisa memberi kepastian apakah proyek itu tetap membutuhkan pendanaan dengan nominal mencapai Rp60 triliun atau tidak. "(kepastian anggaran) nanti baru kami akan lihat lagi dari hasil FS," imbuhnya.
Sumber : cnnindonesia.com