Perusahaan e-commerce di Indonesia telah menemukan formula keberhasilan dalam meraih konsumen untuk berbelanja online.
"E-commerce bertumbuh karena masyarakat merasa mendapat lebih banyak kemudahan dengan [berbelanja] online,” ujar salah satu pendiri Vela Asia, peritel e-commerce dalam sektor fashion premium yang menawarkan sejumlah merek seperti Lee Cooper dan Jack Nicklaus, Susie Sugden.
Perusahaan itu baru saja menerima gelontoran modal sebesar USD1,5 juta dari perusahaan modal ventura Majuven, Singapura.
“Selain itu, e-commerce juga lebih menawarkan kenyamanan,” ujar Kusumo Martanto, CEO Blibli.com, situs belanja populer di tanah air. Selain dapat melakukan pembelian dari pelbagai tempat, kebanyakan toko online memiliki layanan pelanggan 24 jam serta metode pembayaran beragam.
Menurut Martanto, Blibli telah bermitra dengan 11 bank untuk pembayaran tanpa menggunakan kartu kredit. "Pembeli pun dapat menukar (belanjaan), menguangkan kembali, serta mengembalikan (barang). Peluang pertumbuhan di pelbagai kota Indonesia pun masih besar," ujarnya.
Menurut Martanto, 35 persen pelanggan Blibli tinggal di wilayah pinggiran kota. “Namun, kami melakukan beberapa aktivitas seperti roadshow guna memperkenalkan diri (para calon pelanggan) di luar kota-kota besar.”
Sejak didirikan pada 2011, Blibli.com telah mencatatkan pertumbuhan penerimaan sebesar 400 persen, serta lonjakan pelanggan 400 persen antara 2013-2014. Menurutnya, jumlah orang yang Blibli layani pada 2014 mencapai 2,4 juta.
Naiknya pendapatan serta berkembangnya akses teknologi seperti smartphone telah mendongkrak industri e-commerce di Indonesia. Dari sekira 75 juta pengguna Internet di tanah air tahun lalu, sekira 5,9 juta melakukan belanja online, demikian laporan SingPost. Firma logistik global itu menaksir penjualan online di Indonesia akan mencapai USD3,56 miliar tahun ini, naik dari 2014 yang mencapai USD2,6 miliar.
Demi meluaskan jangkauan, banyak perusahaan e-commerce meluncurkan aplikasi smartphone dan laman yang mudah diakses dari gawai bergerak.
“Desain (layanan kami])menjamin kemudahan bagi pelanggan yang memakai laptop, telepon seluler, atau tablet. Saat ini, lebih dari 60 persen penjualan berasal dari [pelanggan yang memakai] PC dan 40 persen dari gawai bergerak,"ujar Sugden.
Namun, perusahaan e-commerce rintisan masih harus mengatasi hambatan seperti kurangnya infrastruktur dan buruknya layanan logistik di daerah-daerah terpencil.
Demi menangani hal itu, Blibli telah bermitra dengan perusahaan logistik yang mengurusi penggudangan, pengiriman dengan metode last-mile, dan manajemen lintas perbatasan. Perusahaan itu juga telah memulai layanan pengirimannya sendiri.
Tantangan lain adalah sebagian besar warga Indonesia tidak memakai kartu kredit sehingga lebih menyulitkan dalam melakukan transaksi online. Demi menyiasati hal tersebut, banyak firma e-commerce lokal menyediakan layanan bayar di tempat saat barang dikirim.
“Hanya sekitar 10 persen pembelian [di situs kami] dilakukan dengan kartu kredit. Selebihnya, (pembayaran) dilakukan melalui transfer,” ujar Sugden
source