"Makanya ada pedagang yang menahan atau tidak melepas komoditinya, ketika harga naik baru dilepaskan," ujar Bambang di kantor Kementerian Keuangan Jakarta, Senin (5/1).
Jakarta, Aktual.co — Inflasi Indonesia pada Januari-Desember 2014 yang mencapai 8,36 persen mendapat tanggapan dari Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro. Menurutnya, inflasi yang tinggi tersebut mengindikasikan pengelolaan tata niaga yang tidak baik pada pemerintah.
"Makanya ada pedagang yang menahan atau tidak melepas komoditinya, ketika harga naik baru dilepaskan," ujar Bambang di kantor Kementerian Keuangan Jakarta, Senin (5/1).
Lebih lanjut dikatakan Bambang, Indonesia saat ini sulit untuk mencapai inflasi di bawah 4 persen. Pasalnya, masalah logistik dan tata niaga, serta administered price menjadi kendalanya.
"Inflasi Indonesia kalau tidak ada kebijakan yang aneh-aneh pernah mencapai di bawah 5 persen. Tapi negara tetangga malah 2 persen," kata dia.
Padahal sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan secara resmi inflasi Indonesia pada Januari-Desember 2014 mencapai 8,36 persen. Inflasi tersebut dinilai lebih rendah dari Januari-Desember 2013 yang mencapai 8,38 persen.
Menurut Kepala BPS, Suryamin, inflasi 2014 yang tinggi tersebut disebabkan oleh kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM pada November 2014 lalu.
"Penyebab utama inflasi ini yang pertama karena penaikkan harga BBM jenis premium yang beberapa waktu lalu ditetapkan pemerintah, mempunyai andil 0,52 persen, dengan kenaikan harga 12,45 persen. Lalu tarif angkutan perkotaan mempunyai andil 0,31 persen, dengan kenaikan harga 13,81 persen, ini karena penyesuaian tarif pasca kenaikan BBM November lalu," pungkas Suryamin.
Source