Rezkiana Nisaputra - Okezone
JAKARTA - Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi belakangan ini menjadi perhatian pemerintah. Pasalnya, kebijakan-kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah dan instansi terkait sepertinya belum menunjukkan dampak yang positif terhadap nilai tukar Rupiah.
Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia (IBI) Zulkifli Zaini mengatakan, gejolak ekonomi yang terjadi saat ini merupakan karena adanya faktor eksternal yakni kebijakan the Fed. Melihat kondisi tersebut, Zulkifli pun mengusulkan agar rupiah kembali menguat maka pemerintah diminta untuk mencontoh negara Thailand.
Dia mengungkapkan, Indonesia harus bisa mencontoh Thailand. Menurutnya, saat ini di Thailand memiliki ketentuan terkait dengan Devisa Hasil Ekspor (DHE) seperti apa yang dimiliki Indonesia saat ini. Akan tetapi, di Thailand sana ada kewajiban dari para eksportir untuk menukarkan hasil ekspornya (dolar) tersebut ke dalam mata uang Thailand (Bath).
"Di Thailand itu ada ketentuan DHE sama seperti apa yang kita miliki, tapi tambahannya bahwa kalau di Thailand itu ada kewajiban dari eksportir itu untuk menukarkan hasil ekspornya itu dalam hal ini dolar menjadi mata uang bath (mata uang lokal) itu yang bisa saya sampaikan, bahwa mungkin ini solusi buat kita ke depannya dalam menghadapi pelemahan rupiah," ujar Zulkifli saat RDP masukan calon DGS di Komisi XI DPR-RI, Jakarta, Senin (2/9/2013) malam.
Mantan Direktur Utama Bank Mandiri ini menambahkan, jika hal tersebut bisa dilakukan, maka ada kemungkinan rupiah akan berada di posisi aman. Karena saat ini yang terjadi, hasil ekspor yang masuk (dolar) yang ada dibank-bank di Indonesia tidaklah ditukar ke dalam kurs mata uang Indonesia.
"Mereka itu menunggu sampai kursnya itu sesuai dengan harapan mereka, dan kalau saat ini, itu ekspektasi dipasarkan adalah bahwa Rupiahnya ke depan melemah, jadi kalau misalnya bisa dapat Rp12.000 per USD besok, kenapa mesti tukar hari ini yang Rp11.500 per USD misalnya," tukas Zulkifli.
Sementara itu untuk jangka waktu yang diterapkannya berkisar 6-9 bulan. Menurutnya, jika ini bisa diterapkan di Indonesia maka dinilai akan efektif sekali, mengingat saat ini di Thailand pun bisa menjaga kurs jual nilai mata uangnya di posisi yang cukup terbilang stabil.
"Jadi ditanggal hasil ekspor itu kemudian uangnya masuk kemudian itu harus ditukarkan ke mata uang lokal mereka dan saya rasa ini cukup efektif, karena semua hasil ekspor di Thailand sana itu ditukarkan ke mata uang mereka," tutup Zulkifli. (wan) (wdi)