Hary Tanoe: Ekonomi Bisa Tumbuh Double Digit, Jika...
19 Januari 2013, 09:28:34 Dilihat: 52x

Wahyudi Siregar - Okezone
MEDAN - Klaim pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap tumbuh positif di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi di hampir semua negara, boleh jadi benar adanya. Namun perlu diingat, jika melihat besarnya potensi yang dimiliki Indonesia, capaian tersebut tentunya belum cukup memuaskan.
Karena faktanya, dengan potensi sumber daya manusia yang ada, serta pasar dalam negeri yang cukup luas, ditambah sumber daya alam yang melimpah termasuk untuk sumber daya terbarukan, Indonesia harusnya mampu mencapai pertumbuhan ekonomi sampai 9-10 persen.
Demikian disampaikan Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem Hary Tanoesoedibjo (HT), di depan ribuan peserta Semminar bertajuk Ekonomi Politik Indonesia 2013, di Gereja Bethel Indonesia (GBI), Medan Plaza, Jumat (18/1/2013) malam.
HT menyebutkan, selama ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih didorong oleh kegiatan konsumsi dalam negeri. Dengan peran lebih dari 60 persen, maka sejatinya bukan persoalan sulit untuk menjalankan proses industrialisasi, untuk mendongkrak perekonomian.
Namun sayangnya, pemerintah sepertinya masih terlena dengan mimpi yang dijanjikan investor di pasar dalam negeri. Padahal jika laju pertumbuhan proses industrialisasi dipercepat, maka penguasaan pada pasar-pasar luar negeri, bukanlah hal yang mustahil.
"Kalau kita lihat, ekonomi kita bisa bertahan karena faktor konsumsi dalam negeri kita yang cukup besar. Perannya mencapai 63 persen. Dan pendorong utama konsumsi itu adalah kelompok menengah yang meningkat baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Apalagi konsumsi yang cukup besar itu, dalam strukturnya didominasi oleh konsumsi swasta, jadi sebenarnya peluang kita besar untuk tumbuh lebih cepat. Konon lagi kita juga didukung kondisi fundamental makroekonomi yang relatif bagus juga. 9-10 persen menurut saya harusnya bisa kita capai," ujarnya.
Namun kondisi itu sulit dicapai, karena memang banyak kebijakan yang menghambat. Pemerintah seringkali terburu-buru membuka pasar potensial dalam negeri secara luas pada investor dan pemain asing. Karena tak tahan dengan tekanan internasional. Padahal harusnya pemerintah memberikan kesempatan lebih luas pada industrialis lokal.
"Yang kita kecewakan, misalnya ada satu sektor yang baru tumbuh, katakanlah ritel, nah pemerintah dengan alasan keterbukaan investasi langsung membuka pasarnya untuk pasar asing. Akhirnya industrialis kita enggak mendapatkan affirmasi. Saya pikir pengusaha dalam negeri bukan meminta proteksi, tapi penyeimbangan atas kekuatan asing," tambahnya.
HT juga menegaskan, Indonesia ke depan membutuhkan pemimpin yang lebih berpihak dan dapat melihat potensi besar yang dimiliki Indonesia. Dibutuhkan, pemimpin yang dapat membawa Indonesia melangkah lebih cepat untuk sejajar dengan negara-negara besar yang sudah terlebih dahulu matang secara ekonomi.
"Ke depan, negeri ini membutuhkan orang-orang yang dapat melangkah lebih cepat. Kita semua harus ikut andil dalam mewujudkan itu. Saya pribadi terjun ke politik, karena ingin ikut andil dalam memajukan bangsa ini. Meletakkannya sejajar atau lebih tinggi dari bangsa lain," tegasnya. (ade)
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright © 2022 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.