Prospek Regulator Sistem Pembayaran 2013
05 Januari 2013, 10:08:35 Dilihat: 124x

Ketegasan Presiden Barack Obama mengatur sistem keuangan di Amerika Serikat (AS) dalam rangka menjamin sistem pembayaran yang efisien menjadi salah satu faktor penentu terpilihnya kembali Obama menjadi presiden AS untuk periode kedua.
Obama menghukum UBS yang merekayasa LIBOR sebesar USD1,2 miliar tanpa ampun. Obama telah memperlihatkan kepada masyarakat AS bahwa mengatur industri keuangan hukumnya wajib dalam rangka menjamin sistem pembayaran. Pesaing Obama yang juga pemain dalam Wall Street, Mitt Romney, dibuat tak berkutik sekalipun para juragan Wall Street mengerahkan dana dukungan yang luar biasa kepada Romney.
Rakyat AS secara cerdas telah memilih Obama karena sistem pembayaran menjadi semakin baik di tangan Obama. Kerja sama yang baik antara pemerintahan Obama dengan Gubernur Bank Sentral AS Ben Bernanke telah membuahkan hasil yang sangat luar biasa dalam mendukung terciptanya regulator sistem pembayaran yang andal. Langkah bank sentral dengan mengucurkan bantuan bagi pembiayaan sektor perumahan sebesar USD85 miliar sebulan telah terbukti membuat sistem pembayaran kembali pulih.
*** Pada hakikatnya regulator sistem pembayaran di AS adalah bank sentral. Namun tanpa dukungan Pemerintah AS, daya dukung sistem pembayaran dalam menopang aktivitas ekonomi di AS dan negara lain tidak akan sebesar saat ini. Peran penting regulator sistem pembayaran ini adalah dalam membentuk sistem pembayaran yang tidak dipengaruhi kekuatan politik mana pun dengan kata lain sistem ini dibentuk secara objektif. Peran bank sentral yang bukan hanya berfungsi untuk mengelola inflasi, tetapi juga menurunkan pengangguran layak menjadi acungan jempol bagi kita semua.
Dengan kata lain bank sentral AS sesungguhnya menjalankan peran seperti yang diharapkan konstitusi kita, yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila, dari Bank Indonesia. Bahkan baru-baru ini bank sentral AS yang merupakan regulator sistem pembayaran dengan lantang menetapkan target inflasi sebesar 2,5 persen dan angka pengangguran sebesar 6,5 persen sebagai acuan kebijakan moneter.
AS yang oleh banyak pengamat di Indonesia dikatakan sebagai negara yang menganut asas ekonomi neoliberalisme justru terbukti menjalankan semangat sosialis seperti yang tercantum dalam UUD 1945 dan Pancasila.
Sementara Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia justru menjadi bank yang berasas neoliberalisme di mana tugas bank sentral semata-mata hanya menjaga inflasi, dengan kata lain bank sentral merupakan bank yang independen atau bank berasas neoliberalisme. Bukan hanya itu, sistem pembayaran di AS juga bertujuan untuk menciptakan kapasitas dari pengeluaran pemerintah yang sebesar mungkin sehingga rasio pengeluaran Pemerintah AS terhadap produk domestik bruto (PDB) juga jauh lebih besar ketimbang rasio yang sama di Indonesia. Artinya sistem pembayaran di AS menciptakan regulator yang tidak berasas neoliberalime. Berbeda dengan di Indonesia di mana pengeluaran negara terhadap PDB menjadi sangat kecil jika dibandingkan dengan AS.
*** Sebagai negara yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, seharusnya regulator sistem pembayaran di Indonesia berjiwa sosialis seperti yang juga berlaku di AS. Konflik fiscal cliff di AS juga semakin membuktikan bahwa kedua partai politik di AS, yaitu Partai Republik dan Partai Demokrat, juga beraliran sosialis dalam konteks sistem pembayaran di mana kedua partai itu sama-sama tidak berkeinginan untuk mengurangi pengeluaran pemerintah mereka.
Kedua partai itu sadar bahwa sistem pembayaran yang sehat hanya akan tercipta jika regulator pembayaran, yaitu bank sentral, tidak bersifat independen dalam konteks menjadi perpanjangan tangan ideologi neoliberalisme. Regulator sistem pembayaran tidak harus sejalan dengan asas ideologi sistem perekonomian suatu negara. Jika demikian, hal itu akan berpotensi terjadi gangguan pembangunan yang serius. Misalnya yang terjadi pada pembangunan ekonomi di Uni Eropa barubaru ini.
Uni Eropa yang cenderung merupakan negara sosialis justru menggunakan regulator sistem pembayaran yang neoliberal, yaitu bank sentral yang independen yang tidak peduli terhadap penciptaan lapangan kerja. Hasilnya bank sentral Uni Eropa pada akhirnya juga membeli obligasi pemerintah semenjak Draghi menjadi gubernurnya.
Sebelumnya regulator sistem pembayaran sangat anti dalam membeli obligasi pemerintah. Ini memperlihatkan bahwa bank sentral yang independen tidak akan mampu menjadi regulator sistem pembayaran yang menjamin pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Sudah saatnya bank sentral di seluruh dunia belajar dari krisis yang terjadi saat ini untuk mau bertanggung jawab bukan hanya dalam mengelola inflasi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja. Regulator sistem pembayaran harus dilepas dari bank sentral yang hanya fokus terhadap pengelolaan inflasi, sebab regulator akan kehilangan daya dukungnya ketika perekonomian terjerembab dalam krisis keuangan yang dahsyat!
ACHMAD DENI DARURI
President Director Center for Banking Crisis (Koran SI/Koran SI/ade)
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright © 2022 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.