Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah, mengatakan penurunan BI Rate menjadi 5,75 untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Penurunan BI Rate juga mengikuti penurunan bunga Sertifikat Bank Indonesia yang sudah turun.
"Yang jelas kita lihat bahwa dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, kita memberikan stimulus," kata Halim, di Jakarta, Kamis, 6 Februari 2012.
BI juga melihat kurs rupiah relatif stabil sehingga penurunan BI rate tidak akan banyak berpengaruh kepada stabilitas kursnya. Apalagi BI masih tetap melihat arus modal yang masuk ke Indonesia kemungkinan akan semakin besar.
Alasan lainnya menurut Halim, BI ingin melakukan langkah-langkah normalisasi suku bunga yang diumumkan oleh BI.
"Sekarang kan kita lihat, hasil lelang tadi SBI 9 bulan saja sudah jauh menurun. Sudah di bawah 4 persen. Sementara BI Rate kita 5,75 persen ini masih agak jauh," ungkapnya.
Dia menuturkan, level angka 5,75 itu sudah dekat dengan suku bunga jangka panjang yang tercermin dari yield obligasi pemerintah 20 tahun. Artinya, BI berhadapan dengan situasi dimana likuiditas di sistem perbankan Indonesia yang dianggap terlalu berlebih.
Sementara itu, nilai tukar rupiah menurut Halim juga masih terjaga menguat secara year to date sehingga dinilai masih cukup nyaman untuk situasi ekspor dan impor.
"Itu sudah kita perhitungkan semua, bahwa kurs yang stabil seperti dewasa ini cukup mendukung. Baik pengendalian inflasi, momentum pertumbuhan ekonomi, maupun kegiatan ekspor. Ya, kompetitif di regional. Secara riil, kita berada dalam posisi yang cukup baik," ujarnya. (ren)
• VIVAnews