Awaludin - Okezone
Pengumuman DCS lewat website KPU (Foto: Runi Sari B/Okezone)
JAKARTA - Beberapa artis Ibu Kota akan turut meramaikan Pemilu 2014 sebagai calon legislatif (caleg) dari partai kesukaannya. Pada umumnya, mereka berani maju karena merasa memiliki popularitas yang tinggi.
Menurut Pengamat Politik dari SUN Institut, Andrianto, setiap warga negara terutama artis mempunyai sebuah hak asasi untuk mencalonkan maupun dicalonkan. Asalkan, astis tersebut mempunyai pengalaman yang luas terhadap dunia politik.
"Jadi tidak asal artis saja, yang lebih penting lagi artis yang jelas punya track record politik," ujarnya kepada Okezone, Kamis (25/4/2013).
Menurutnya, lain halnya, apabila artis tersebut tersandung masalah hukum dan ada problem rumah tangga, maka tidak etis untuk dicalonkan. "Tinggal dibuat regulasi internal yang ketat, misalkan harus lulus fit and propher test tentang politik," lanjutnya.
Kata dia, para caleg yang berasal dari dunia keartisan harus ditempatkan pada posisi nomor tengah. "Karna sistem pemilih sudah semi terbuka (distrik) dengan suara terbanyak, mestinya para caleg artis ini ditempatkan di nomor tengah," pungkasnya.
Sebelumnya, Guru Besar Ilmu Politik dari Universitas Indonesia (UI), Iberamsjah, mengatakan keputusan artis untuk terjun di dunia politik memang tidak salah. Namun, dia mempertanyakan apakah dengan popularitas yang mereka miliki, mampu membangun bangsa?
"Kalau begitu Sule saja yang jadi Ketua DPR. Semua kalangan sudah mengenalnya," sindir Iberamsjah saat berbincang dengan Okezone, Selasa (23/4/2013).
Iberamsjah mengaku heran partai berbasis Islam seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP), mengusung Angel Lelga jadi caleg. "Masa Angel Lelga dicalonkan jadi anggota dewan, sekalian aja Jupe (Julia Peres) jadi Ketua DPR," candanya.
Partai politik yang merekrut artis, dianggap Ibramsjah sebagai tindakan pragmatis dan tidak memikirkan pengkaderan. "Partai hanya mencari popalritas dan tidak berfikir kemampuan," tegasnya. (hol)
(mbs)