K. Yudha Wirakusuma - Okezone
Senin, 07 Januari 2013 09:11 wib
Joko Widodo (foto:okezone)
JAKARTA- Setelah dua periode atau 10 tahun menjadi partai oposisi, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bertekad untuk berhenti pada momentum Pemilu 2014.
Pengamat Politik Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanudin Muhtadi, menuturkan, kepercayaan diri partai berlambang banteng moncong putih itu tinggi lantaran kemenangan Joko Widodo (Jokowi) dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
"Saya kira kemenangan PDIP dalam pemilihan daerah di banyak tempat. Kita tahu Jokowi yang diusung PDIP menang di pusat pemerintahan. Padahal kita tahu PDIP dikeroyok dengan partai lain, termasuk mengalahkan Hidayat Nurwahid," kata Burhanudin, saat berbincang dengan Okezone, Senin (7/1/2013).
Burhanudin menuturkan, semua partai tidak ada yang bercita-cita menjadi oposisi. Semua partai bertekat untuk menang dalam pemilu. "Wajar saja bila PDIP bertekad menang karena dalam pemilu 2004 dan 2009 kalah di legislatif. "Masalahnya, untuk menjadi pemenang pemilu harus bermartabat. Bukan sekadar bergabung dengan parpol pemenang atau ikut mendompleng kekuasan. Jangan hanya ingin menikmati ramah-remah kekuasaan saja," tuturnya.
Sebelumnya, Ketua DPP PDIP, Maruarar Sirait, mengatakan, PDIP akan berhenti menjadi partai oposisi. Hal tersebut akan dibuktikan dengan cara memenangkan pemilu mendatang.
Pada Pemilu 2014 mendatang, PDIP mematok angka 20 persen atau sama dengan batas minimal untuk mengsung calon presiden sendiri. "Kalian sudah tahu lah (capresnya), nanti kebijakan partai. Bedanya kongres I,II,III, kongres 2000 dan 2005 Ibu Mega Presiden. Kongres 2010 Ketum terpilih Ibu Mega formatur tunggal yang dipilih. Ibu Mega diberi kewenangan untuk pada waktunya menetapkan capres. Aritnya, bisa Ibu Mega atau orang lain. Kongres tertinggi di partai dilakukan 33 pengurus di Indonesia," kata Maruarar.
(ydh)