Tri Kurniawan - Okezone
Jum'at, 07 Desember 2012 09:04 wib
Kader Partai Demokrat saat hadir di Rakornas (foto: Dede/Okezone)
JAKARTA - Partai Demokrat untuk kesekian kalinya menghadapi kenyataan pahit setelah Sekretaris Dewan Pembina, Andi Mallarangeng, ditetapkan menjadi tersangka kasus korupsi Hambalang. Teta-teki bagaimana nasib Demokrat pada 2014 terus berlanjut.
Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN), Gun Gun Heryanto mengatakan, dalam konteks citra sebuah partai politik, Andi menciptakan persepsi buruk.
"Ini semacam meneguhkan persepsi khalayak bahwa Partai Demokrat menjadi sebuah paradoks kekuasaan, di mana partai penguasa tidak bisa menghindarkan kadernya dari kasus korupsi," kata dia kepada Okezone, Kamis (6/12/2012) malam.
Lanjutnya, Andi memang tidak masuk dalam struktur elite politik partai berlambang bintang Mercy itu. Tapi, masyarakat juga tahu bahwa pria berkumis itu merupakan bagian dari partai binaan Presiden SBY. "Jadi Demokrat akan kena imbas negatif dari khalayak," tegasnya.
Menurutnya, ini harus menjadi momentum bagi Partai Demokrat untuk bersih-bersih diri, meski akan menimbulkan dilema bagi elit partai. Masyarakat akan melihat, apakah bersih-bersih diri dari korupsi hanya sekedar wacana atau fakta.
"Persepsi publik menjadi positif jika partai itu menunjukkan political will," terangnya.
Terjerumusnya, elite partai dalam kasus korupsi membuat peluang Partai Demokrat memenangkan Pemilu 2014 semakin tipis. Tapi, dengan adanya political will bersih-bersih di internal akan membuka sedikit kepercayaan masyarakat.
"Saya tidak yakin Demokrat akan menang di 2014, karena partai ini sudah mendapatkan gempuran sejak kasus Nazar. Tapi paling tidak Demokrat masih punya peluang menjadi tiga besar," kata dia.
Keyakinan Gun Gun bila Demokrat bisa masuk tiga besar karena kader dua partai lain yang menjadi pesaing, yakni Partai Golkar dan PDIP, juga banyak yang tersandung kasus korupsi. Hanya saja, masyarakat akan melihat partai mana yang paling berniat menghentikan laju korupsi di internalnya.
"Level itu yang akan dijadikan opini publik. Partai mana yang dipersepsikan berubah," pungkasnya.
(trk)